Minggu, 26 Mei 2013 - 0 komentar

Workshop Canoyu

~ Kegiatan di International Competition Part 2 ~

Setelah mengerjakan soal dan jalan-jalan di area SMA Negeri 7, aku dan rombongan dari SMA Negeri 5 (Mache) makan siang di depan kelas dekat panggung. Temanku sempat heran karena makanan dari panitia habis aku makan. Secara sebelumnya aku sudah menghabiskan 6 setengah takoyaki plus segelas teh wkw. Yah kalau boleh dibilang aku menggabung sarapan dan makan siang, jadi jangan heran jika aku kuat makan sebanyak itu. 
Iin sensei dan anak smaven yang bepakaian kimono menghampiri rombongan kami dan menawarkan supaya kami ikut meramaikan workshop Canoyu. Apaan sih itu canoyu? Ternyata itu adalah upacara minum teh ala Jepang. Aslinya sih caranya ribet banget, dari mulai cara duduk, membuat teh, minum, dll membutuhkan banyak aturan. Kegiatan itupun dilakukan selama 2 jam!! Cuman berhubung ini workshop jadi ya tata caranya nggak seribet itu.
Saat kami masuk ruangan disana sudah ada beberapa orang. Salah satu diantara mereka adalah orang jepang asli. Seorang wanita paruh baya yang aku lupa tanyakan namanya. Disana ada seseorang (mungkin pengajar) yang sedang diajari orang jepang itu. Setelah dia selesai dua orang dari rombongan kami ditawari untuk menjadi sukarelawan peminum ocha. Aku dan Vipha pun maju.
Wajahku sempat ragu, takut-takut ochanya pahit banget secara nggak pakai gula. Orang jepang itu menggumamkan perkenalan barang-barang yang akan digunakan dan menerangkan cara membuat ocha mengunakan bahasa jepang. Jujur aku sama sekali tidak mengerti apa yang dia ucapkan, untunglah ada penerjemahnya.
Orang jepang itu memasukkan dua sendok kecil bubuk ocha, kemudian menuangkan air panas. Setelah itu dia mengaduk-aduk ocha dengan alat yang aku lupa namanya sampai bebusa. Disela-sela orang jepang itu mengaduk teh, Vipha berbisik, "Ochanya harus dihabiskan. Kalau tidak itu sama saja dengan penghinaan." Lengkap sudah aku hanya bisa menelan ludah, pasrah.
Saat akan meminumpun ada tata caranya. Kita harus menaruh tangan kiri dibawah cawan dan memutarnya sebanyak tiga kali dengan tangan kanan. Setelah itu ocha harus dihabiskan dengan tiga atau empat kali tegukan. Kemudian cawan diputar lagi sebanyak tiga kali kearah kiri.
Alhamdulillah rasa ochanya enak meskipun nggak manis. Aku bertanya-tanya itu asli jepang atau bukan. Kalau iya aku beruntung dong :D haha. 
Orang jepang itu membawa selembar tisu produk jepang yang ada motif bunga sakura di permukaannya Dia bilang biasanya setelah minum ocha mereka akan makan kue khusus yang di letakkan di atas tisu itu. Kue itu disebut wasagi. Disetiap musim bentuk wasagi bisa berbeda-beda, tergantung ciri khas dari musim itu. Harganya pun cukup mahal. Kalau dirupiahkan satunya sekitar Rp 30.000 - 40.000. Padahal ukurannya kecil. Katanya setelah makan itu, tisu tempat kue tadi akan diselipkan dikimono.
Setelah kembali ketempatku vipha bertanya apakah kakiku kesemutan? Aku menjawab iya. Dia menjelaskan bahwa duduknya itu nggak bisa sembarangan. Kakinya harus bertumpuk. Gimana ya njelasinnya? Ya pokoknya kayak gitulah .:D Tak lama kemudian Mbak Bening dan Chintya mencoba juga. Namun, aku, Vipha, dan Mbak Atmi sudah meluncur ke workshop lain. ~u~


 Vipha (Baju kotak-kotak), Aku, orang jepang

Saat minum ocha :D

Setelah minum ocha bersama orang jepang :D

Mukaku kayak ragu -_-

Mbak Bening (Kerudung hitam), Chintya (Seragam) dan orang jepang

 Chintya yang memperhatikan orang jepang saat mengaduk ocha.

0 komentar:

Posting Komentar