Tadi udah aku ceritainkan kalau aku dapet tugas dipelajaran kosong ini?! Nah ini dia nih tugas dari guruku beserta jawabannya yang sudah aku cari di internet. Cekidot ^^
1. a. Pengertian proyeksi peta
- ilmu yang mempelajari cara pemindahan data topografi dari permukaan bumi ke atas permukaan peta.
1. Bidang proyeksi
- Proyeksi bidang datar / Azimuthal / Zenithal
- Proyeksi Azimut Normal yaitu bidang proyeksinya menyinggung kutub.
- Proyeksi Azimut Transversal yaitu bidang proyeksinya tegak lurus dengan ekuator.
- Proyeksi Azimut Oblique yaitu bidang proyeksinya menyinggung salah satu tempat antara kutub dan ekuator.
- Proyeksi Kerucut
- Proyeksi kerucut normal atau standar
- Proyeksi Kerucut Transversal
- Proyeksi Kerucut Oblique (Miring)
- Proyeksi Silinder
- Dapat menggambarkan daerah yang luas.
- Dapat menggambarkan daerah sekitar khatulistiwa.
- Daerah kutub yang berupa titik digambarkan seperti garis lurus.
- Makin mendekati kutub, makin luas wilayahnya.
2. Kedudukan bidang proyeksi
- Proyeksi normal
- Proyeksi miring
- Proyeksi transversal
- Proyeksi conform, merupakan jenis proyeksi yang mempertahankan besarnya sudut
- Proyeksi equidistant, merupakan jenis proyeksi yang mempertahankan besarnya panjang jarak
- Proyeksi equivalent, merupakan jenis proyeksi yang mempertahankan besarnya luas suatu daerah pada bidang lengkung
- Proyeksi Bonne (Equal Area)
- Proyeksi Sinusoidal
- Proyeksi Mercator
- Hasil proyeksi adalah baik dan betul untuk daerah dekat ekuator, tetapi distorsi makin membesar bila makin dekat dengan kutub.
- Interval jarak antara meridian adalah sama dan pada ekuator pembagian vertikal benar menurut skala.
- Interval jarak antara paralel tidak sama, makin menjauh dari ekuator, interval jarak makin membesar.
- Proyeksinya adalah konform.
- Kutub-kutub tidak dapat digambarkan karena terletak di posisi tak terhingga.
- Proyeksi Mollweide
- Proyeksi Gall
- Proyeksi Homolografik (Goode)
c. Proyeksi yang dipakai di Indonesia
Proyeksi Polyeder
Proyeksi Polyeder adalah proyeksi kerucut normal konform. Pada proyeksi ini, setiap
bagian derajat dibatasai oleh dua garis paralel dan dua garis meridian yang masing-masing
berjarak 20′. Diantara kedua paralel tersebut terdapat garis paralel rata-rata yang disebut
sebagai paralel standar dan garis meridian rata-rata yang disebut meridian standar. Titik
potong
antara garis paralel standar dan garis meridian standar disebut sebagi
‘titik . Setiap bagian derajat proyeksi Polyeder diberi nomor dengan
dua digit angka. Digit pertama yang menggunakan angka romawi menunjukan letak garis
sedangkan digit kedua yang menggunakan angka arab menunjukangaris meridian standarnya (λ 0).
Untuk wilayah Indonesia penomoran bagian derajatnya adalah :
Paralel standar : dimulai dari I (ϕ 0 = 6°50′ LU) sampai LI (ϕ 0 =10°50′ LU)
Meridian standar : dimulai dari 1 (λ 0 =11°50′ BT) sampai 96 (λ 0 =19°50′ BT)
Proyeksi Polyeder beracuan pada Ellipsoida Bessel 1841 dan meridian nol Jakarta
(λ Jakarta =106°48′ 27′′,79 BT)
1.Pantograph
Alat yang
digunakan untuk memperbesar dan memperkecil peta dalam menggunakan
posisinya tegak dan alat ini punya skala atau ukuran tertentu jadi bisa
di setting dulu sebelum digunakan .
Cara yang dilakukan antara lain sebagai berikut.
a. Siapkan pantograf, peta, dan kertas untuk memperbesar atau memperkecil peta.
b.
Pantograf distel ukurannya untuk memperbesar atau memperkecil, apabila
akan diperbesar dua kali maka pantograf distel diangka dua.
c. Memasang pantograf pada posisi peta dan kertas untuk memperbesar atau memperkecil.
d. Gerakkan ujung jarum sesuai dengan bentuk peta maka pensil yang ada akan menggambar peta sesuai yang dikehendaki.
2. Menggunakan kamera fotografi atau zoom transfercope fotografi
Cara ini dilakukan dengan pemotretan lewat udara melalui pengaturan jarak fokus kamera.
3. Menggunakan fotokopi
Cara ini dilakukan dengan mengatur pada alat fotokopi sesuai dengan ukuran yang dikehendaki.
4. Menggunakan garis koordinat (square method)
Dikenal
dengan istilah metode bujursangkar atau grid. Cara ini dapat dilakukan
dengan tiga langkah, yaitu sebagai berikut.
a. Membuat grid-grid berbentuk bujursangkar pada peta yang akan diperbesar atau diperkecil.
b.
Pada kertas lain yang kosong, dibuat grid-grid bujursangkar dengan
ukuran jumlah perbesaran atau pengecilan dikali ukuran grid yang telah
dibuat pada peta (di langkah a). Jumlah grid pada peta dengan pada
kertas kosong harus sama.
c.
Setelah grid-grid bujursangkar di kertas kosong dibuat, maka peta dapat
digambar berdasarkan urutan grid dengan memperhatikan ukuran dan bentuk
pada setiap grid.
1. sifat-sifat garis kontur
- Garis kontur dengan ketinggian yang lebih rendah mengelilingi garis kontur yang lebih tinggi, kecuali bila disebut secara khusus untuk hal-hal tertentu seperti kawah.
- Garis kontur tidak akan pernah berpotongan
- Beda ketinggian antara dua garis kontur adalah tetap, walaupun kerapatan dua garis kontur tersebut berubah-ubah.
- Daerah datar mpunyai kontur yang jarang-jarang, sedangkan daerah terjal atau curam mempunyai garis kontur yang rapat.
- Garis kontur tidak akan pernah bercabang.
- Punggung gunung atau bukit terlihat di peta sebagai rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf “U” yang ujung melengkungnya menjauhi puncak.
- Lembah terlihat di peta sebagai rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf “V” yang ujungnya tajam dan menjorok ke arah puncak.
- Garis kontur berbentuk kurva tertutup.
- Garis ketinggian pembantu, menyatakan ketinggian antara (tengah-tengah) antara dua garis yang berurutan.
Untuk menentukan suatu ketinggian pada peta, yaitu dengan cara melihat interval kontur pada peta dan lalu hitung ketinggian tempat yang ingin diketahui. Memang ada perkiraan umum yaitu : interval kontur = 1/200 skala peta. Tetapi perkiraan ini biasanya tidak selalu benar. Beberapa peta topografi keluaran Direktorat Geologi Bandung aslinya berskala 1 : 50.000 (interval kontur 25 m), tetapi kemudian diperbesar menjadi berskala 25.000 dengan kontur interval yang tetap 25 m. Dalam misi SAR gunung hutan misalnya, sering kali suatu diperbesar dengan cara di fotocopy untuk ini interval kontur peta tersebut haruslah tetap dituliskan.
Sering peta yang dikeluarkan oleh Bakorsutanal (1 : 50.000) membuat garis kontur tebal untuk setiap kelipatan 250 m (kontur tebal untuk ketinggian 750, 1000, 1250 m dan seterusnya) atau setiap selang sepuluh kontur.
Peta yang dikeluarkan oleh AMS (Army Map Service) yang berskala 1 : 50.000, membuat garis kontur tebal untuk setiap kelipatan 100 m. Misalnya : 100,200,300 m dan seterusnya.
Peta yang dikeluarkan oleh Direktorat Geologi Bandung tidak seragam ketentuan garis konturnya. Dari informasi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa tidak ada ketentuan khusus dan seragam untuk menentukan garis kontur tebal.
Bila ketinggian garis kontur tidak dicantumkan, maka untuk mengetahui ketinggian suatu tempat haruslah dihitung dengan cara sebagai berikut :
a. Cari dus titik yang berdekatan yang harga ketinggiannya diketahui (tercantum).
b. Hitung selisih ketinggian antara kedua titik tersebut hitung berapa kontur yang terdapat diantara keduanya (jangan menghitung garis kontur yang sama harganya bila kedua titik terpisah oleh lembah).
c. Dengan mengetahui selisih ketinggian dua titik tersebut dan mengetahui juga jumlah kontur yang terdapat, dapat dihitung berapa interval konturnya (harus merupakan bilangan bulat).
d. Lihat kontur terdekat dengan salah satu titik ketinggian. Bila kontur terdekat itu berada diatas titikmaka harga kontur itu lebih besar dari titik ketinggian itu. Bila kontur berada dibawah maka harganya lebih kecil. Hitung harga kontur terdekat itu yang harus merupakan kelipatan dari harga interval kontur yang telah diketahui dari point (c).
Lakukanlah perhitungan diatas sampai merasa yakin harga yang didapat untuk setiap kontur benar, cantumkan harga beberapa kontur pada peta anda (kontur 1000, 1.250, 1,500 dan seterusnya) agar mudah mengingatnya.
3. Titik Triangulasi
Selain dari garis-garis kontur, kita juga dapat mengetahui tingginya suatu tempat dengan pertolongan titik ketinggian. Titik ketinggian ini biasanya disebut juga titik triangulasi. Titik triangulasi adalah suatu titik atau benda yang merupakan pilar atau tonggak yang menyatakan tinggi mutlak suatu tempat dari permukaan laut. Titik triangulasi digunakan oleh jawatan-jawatan atau topografi untuk menentukan suatu ketinggian tempat dalam pengukuran ilmu pasti pada waktu pembuatan peta. Macam titik triangulasi :
a. Primer : P. 14
3120
b. Sekunder : S. 75
1750
c. Tertier : T. 16
975
d. Quartier : Q. 20
350
e. Antara : TP. 23
670
Dibilang diatas tanda strip menyatakan nomor registrasi dari kadaster, dan bilangan di bawah strip adalah tinggi mutlak dari permukaan laut.
4. Mengenal Tanda Medan
Disamping tanda pengenal yang terdapat di legenda peta topografi, kita bisa menggunakan bentuk-bentuk atau bentang alam yang menyolok di lapangan, dan mudah dikenali di peta, yang akan kita sebut dengan: “tanda medan”. Beberapa tanda medan yang dapat kita “baca” dari peta sebelum anda berangkat ke lokasi, tetapi kemudian harus anda cari di lokasi. Beberapa tanda medan yang dapat diperhatikan:
- Puncak gunung atau bukit, punggung gunung, lembah antara dua puncak, dan bentuk-bentuk tonjolan lain yang menyolok.
- Lembah yang curam, sungai, pertemuan anak sungai, kelokan sungai, tebing-tebing sungai.
- Belokan-belokan jalan, jembatan (perpotongan antara sungai dengan jalan), ujung desa, persimpanga-persimpangan jalan.
- Bila berada di pantai, muara sungai dapat menjadi tanda medan yang sangat jelas, begitu juga tanjung yang menjorok ke laut, teluk-teluk yang menyolok, pulau-pulau kecil, delta, dsb.
- Pada daerah dataran atau rawa-rawa biasanya sukar menentukan tonjolan permukaan bumi atau bukit-bukit yang dapat dimanfaatkan sebagai tanda medan. Pergunakanlah belokan-belokan sungai, muara-muara sungai kecil.
- Dalam penyusuran di sungai, kelokan tajam, cabang sungai, tebing-tebing. delta. dsb, dapat dijadikan sebagai tanda.
a. Utara Sebenarnya (True North).
Utara sebenarnya adalah kutub utara bumi yang biasanya dilambangkan
dengan lambang bintang. Tanda yang digambarkan ini mengarah ke kutub
utara yang sebenarnya, yang merupakan garis lintang bumi kita ini .
b. Utara Peta / Geografis (Grid North).
b. Utara Peta / Geografis (Grid North).
Yaitu arah yang ditunjukkan oleh garis-garis tegak lurus vertikal (sumbu
Y) dari grid suatu peta. Garis-garis ini di bentuk dari hasil proyeksi
garis bujur dan lintang bumi pada peta yang kemudian diproyeksikan ke
dalam koordinat (Grid). Hal ini disebabkan bentuk bumi yang lonjong
sangat sulit untuk dilihat dalam satu pandangan secara keseluruhan.
c. Utara Magnetis (Magnetis North).
c. Utara Magnetis (Magnetis North).
Utara magnetis adalah suatu arah yang ditunjukkan kompas dari suatu
tempat ke tempat tertentu ke kutub utara magnetis bumi yang terletak di
Jazirah Boshia, sebelah utara Kanada. Utara magnetis mempunyai lambang
"setengah arah Utara" (Ù). Di Indonesia utara magnetis bergeser ke arah
timur dari utara peta. Utara magnetis adanya hanya di lapangan. Untuk
arah utara yang di pakai pada peta nantinya, maka digunakan arah utara
geografis.
sumber :
1. http://id.wikipedia.org/wiki/Proyeksi_peta
2. http://momo-alllive.blogspot.com/2009/03/sistem-koordinat-dan-proyeksi-peta.html
3. http://pradikaadhie.blogspot.com/2011/05/teknik-memperbesar-dan-memperkecil-peta.html
4. http://blog.uin-malang.ac.id/kudabayor/2011/03/23/membaca-peta/
5. http://www.genborneo.com/2010/07/tiga-macam-arah-utara.html
0 komentar:
Posting Komentar