Rabu, 22 Mei 2013 - 0 komentar

Lomba Reportase

Salah satu keinginanku waktu kecil adalah mempunyai piala. Dan akhirnya hal itu bisa terwujud saat tahun keduaku di SMA. Memang bukan juara 1, namun aku cukup senang. Semoga esok lusa aku masih bisa meraih lebih banyak piala. Aamiin. Kisah ini memang sudah cukup lama, tapi nggak papakan kalau aku tulis sekarang mumpung ada kesempatan?

Dulu aku sempat magang menjadi wartawan di sakah satu koran di Ja-Teng, Kedaulatan Rakyat. Disana aku mengisi di rubrik remaja bernama KACA setiap dua minggu sekali bersama keempat temanku. Mereka bernama Lia (SMAN 2 Yk), Febri (SMAN 6 Yk), dan Faiq (Man Yk 1). Namun aku hanya mendapat jatah 5 edisi disana.
Jadi disela-sela saat aku masih magang disana, aku mendapatkan informasi bahwa akan diadakan lomba reportase lomba debat nilai-nilai pancasila untuk anak SMA. Kali ini boleh berkelompok maksimal 3 orang, tapi harus dari sekolah yang sama. Aku mengajak temanku, Alifah Amalia (ifha) yang juga menjadi ketua ekskul jurnalistik 2012/2013. Karena dia tidak mau sendirian, maka aku mengajak adik kelasku yang bernama Rahadyan Widya Isnawan (Dyan). Aku memilih mereka bukan tanpa alasan. Aku merasa mereka mempunyai potensi menulis yang bagus, meskipun Dyan kadang-kadang terlihat nggak niat -_-v
Kami menulis sebuah feature dengan judul 'Ruang Ekspresi dalam memaknai Pancasila' Kami tak menyangka bisa mendapat juara II :D Meskipun tidak diumumkan saat upacara seperti para pemenang lomba yang lain, aku senang sempat masuk koran yang bukan berita kriminal. Berikut ini foto yang masuk koran  :




Ini pengumuman pemenang lomba 

Karya kita juga sempet dimuat di koran Merapi edisi Minggu PON, 10 Maret 2013. Karya yang kita ikutkan kayak gini nih isinya :

Ruang Ekspresi dalam Memaknai Pancasila

Minggu pagi identik dengan suasana yang santai dan minim aktivitas masyarakat. Selain itu, banyak kantor yang tutup. Namun, keadaan terlihat berbeda di depan kantor Kedaulatan Rakyat, Jalan P. Mangkubumi 40-46 Yogyakarta.
Minggu, 17 Februari 2013 terlihat pelajar SMP dan beberapa orang dewasa di halaman depan kantor Kedaulatan Rakyat (KR). Mereka merupakan pembimbing dan peserta dari Lomba Debat Nilai-Nilai Pancasila. Diantara mereka ada yang sedang membaca buku, berdiskusi, dan melakukan aktivitas lainnya. Aula KR menjadi tempat dimana lomba tersebut dilaksanakan.
Lomba Debat Nilai-Nilai Pancasila ini diadakan dalam rangka pembudayaan pancasila dikalangan pelajar SMP. “Kami memilih pelajar SMP karena mereka sudah bisa beragumentasi,” ujar Ibu Susilastuti selaku panitia. Siswa SMP yang berpartisipasi berasal dari sekolah yang sebelumnya diberikan undangan oleh panitia.
Aula KR mendadak dipenuhi oleh pembimbing dan peserta lomba. Ruangan yang tidak terlalu besar membuat sebagian peserta dan pembimbing menunggu di lorong Aula KR. Suasana ‘lesehan’ pun terlihat biasa di lorong tersebut.
Ekspresi yang ditunjukkan peserta bermacam-macam. Ada yang terlihat santai, tegang, dan biasa saja. Mereka juga melakukan beberapa aktivitas untuk menunggu giliran, misalnya bermain handphone, bermain di sekitar kolam renang, belajar materi lomba, dan duduk diam menyaksikan peserta yang sedang tampil. “Tanganmu dingin,” ujar salah satu guru pembimbing kepada muridnya yang menjadi peserta.
Pada babak pertama terdapat delapan kelompok yang terbagi menjadi lima grup. Masing-masing grup terdiri dari tiga peserta. Saat peserta akan mengemukakan pendapatnya, mereka mengangkat bendera merah putih berukuran kecil serta mengucapkan sandi sesuai yang sudah ditetapkan. Bendera merah putih itulah yang menjadi ciri khas di acara Lomba Debat ini.
Saat berkompetisi di depan, para peserta menunjukkan kemampuannya semaksimal mungkin. Ada yang menulis, menjawab pertanyaan, dan ada juga yang langsung mengemukakan pendapatnya. Diantara mereka  terlihat beberapa peserta yang  pasif, namun ada juga yang terbawa emosi saat menjawab pertanyaan dari MC. “Tadinya tegang, namun seiring waktu mengalir aku jadi santai,” ujar Imaddudin Priambudi, siswa SMP Negeri 9 Yogyakarta. “Tapi yang buat kesel kelompok dua di kasih kesempatan debat, sewaktu kita tadi mau debat ditolak. Padahal waktunya masih,” lanjutnya.
Argumen yang dikemukakan peserta juga bermacam-macam. “Kenapa pemerintah sekarang lebih mengurusi dirinya sendiri daripada masyarakat?” salah satu pertanyaan dilontarkan MC. Suasana tegang mencair ketika salah satu peserta memberikan argumentasinya, “Pemerintah lebih mementingkan dirinya sendiri, kita seperti di PHP oleh pemerintah.” Kata-kata PHP (Pemberi Harapan Palsu) itulah yang mampu membuat penonton sempat heboh.
Sepuluh grup dengan nilai tertinggi kembali berkompetisi. Banyak peserta yang terlihat kecewa saat mengetahui grupnya tidak masuk pada babak kedua. Sebagian besar dari mereka memutuskan untuk pulang. Kemudian dibabak terakhir diambil lima grup yang akan memperoleh juara.
Berdebat itu seni, karena dapat mempertahankan argumen yang dimiliki. Selain itu seni juga bisa berupa ekspresi wajah, cara berbicara, dan cara mengekspresikan suasana hati. Seperti dalam Lomba Debat ini, berbagai macam ekspresi mereka sebelum tampil tampak terlihat jelas. Ekspresi tegang, gelisah, santai, kesal, kecewa, dan bahagia pun tampak mewarnai wajah mereka. 

****
Foto-foto lainnya menjelang pengumuman dan setelah pengumuman...

 Aku (belakang), Mina (kiri), Ifha (kanan)

Mina (kiri), Ifha (tengah), Aku (kanan)

 Maskot: Burung Garuda

Jajaran piala sebelum dibagikan

 Mina (kiri), Ifha (tengah), Fisa (kanan)


 Mina (kiri), Ifha (tengah), Fisa (kanan)

 Mina (kiri), Aku (tengah), Ifha (kanan)

 Sepatu-Sendal :D

Foto bersama maskot garuda
 Aku (kiri), Fisa (tengah), Ifha (kanan)

 Aku (kiri), Mina (kanan)

Fisa (kiri), Ifha (kanan)


 Melihat kerumunan

Setelah penyerahan hadiah..
 Almamater biru : juara III

Foto di parkiran
Ifha (kiri), Dyan (tengah), Aku (kanan)

 Foto di sebelah kolam renang KR
 Aku (kiri), Dyan (tengah), Ifha (kanan)

 Aku (kiri), Dyan (duduk), Ifha (kanan)

Makasih ya buat Dyan yang udah minjemin kamera buat mengabadikan momen ini :D



0 komentar:

Posting Komentar