Dulu aku sempat magang menjadi wartawan di sakah satu koran di Ja-Teng, Kedaulatan Rakyat. Disana aku mengisi di rubrik remaja bernama KACA setiap dua minggu sekali bersama keempat temanku. Mereka bernama Lia (SMAN 2 Yk), Febri (SMAN 6 Yk), dan Faiq (Man Yk 1). Namun aku hanya mendapat jatah 5 edisi disana.
Jadi disela-sela saat aku masih magang disana, aku mendapatkan informasi bahwa akan diadakan lomba reportase lomba debat nilai-nilai pancasila untuk anak SMA. Kali ini boleh berkelompok maksimal 3 orang, tapi harus dari sekolah yang sama. Aku mengajak temanku, Alifah Amalia (ifha) yang juga menjadi ketua ekskul jurnalistik 2012/2013. Karena dia tidak mau sendirian, maka aku mengajak adik kelasku yang bernama Rahadyan Widya Isnawan (Dyan). Aku memilih mereka bukan tanpa alasan. Aku merasa mereka mempunyai potensi menulis yang bagus, meskipun Dyan kadang-kadang terlihat nggak niat -_-v
Kami menulis sebuah feature dengan judul 'Ruang Ekspresi dalam memaknai Pancasila' Kami tak menyangka bisa mendapat juara II :D Meskipun tidak diumumkan saat upacara seperti para pemenang lomba yang lain, aku senang sempat masuk koran yang bukan berita kriminal. Berikut ini foto yang masuk koran :
Ini pengumuman pemenang lomba
Karya kita juga sempet dimuat di koran Merapi edisi Minggu PON, 10 Maret 2013. Karya yang kita ikutkan kayak gini nih isinya :
Ruang Ekspresi dalam Memaknai Pancasila
Minggu
pagi identik dengan suasana yang santai dan minim aktivitas masyarakat. Selain
itu, banyak kantor yang tutup. Namun, keadaan terlihat berbeda di depan kantor
Kedaulatan Rakyat, Jalan P. Mangkubumi 40-46 Yogyakarta.
Minggu,
17 Februari 2013 terlihat pelajar SMP dan beberapa orang dewasa di halaman
depan kantor Kedaulatan Rakyat (KR). Mereka merupakan pembimbing dan peserta
dari Lomba Debat Nilai-Nilai Pancasila. Diantara mereka ada yang sedang membaca
buku, berdiskusi, dan melakukan aktivitas lainnya. Aula KR menjadi tempat
dimana lomba tersebut dilaksanakan.
Lomba
Debat Nilai-Nilai Pancasila ini diadakan dalam rangka pembudayaan pancasila
dikalangan pelajar SMP. “Kami memilih pelajar SMP karena mereka sudah bisa
beragumentasi,” ujar Ibu Susilastuti selaku panitia. Siswa SMP yang
berpartisipasi berasal dari sekolah yang sebelumnya diberikan undangan oleh
panitia.
Aula
KR mendadak dipenuhi oleh pembimbing dan peserta lomba. Ruangan yang tidak
terlalu besar membuat sebagian peserta dan pembimbing menunggu di lorong Aula
KR. Suasana ‘lesehan’ pun terlihat biasa di lorong tersebut.
Ekspresi
yang ditunjukkan peserta bermacam-macam. Ada yang terlihat santai, tegang, dan
biasa saja. Mereka juga melakukan beberapa aktivitas untuk menunggu giliran,
misalnya bermain handphone, bermain
di sekitar kolam renang, belajar materi lomba, dan duduk diam menyaksikan
peserta yang sedang tampil. “Tanganmu dingin,” ujar salah satu guru pembimbing
kepada muridnya yang menjadi peserta.
Pada
babak pertama terdapat delapan kelompok yang terbagi menjadi lima grup. Masing-masing
grup terdiri dari tiga peserta. Saat peserta akan mengemukakan pendapatnya,
mereka mengangkat bendera merah putih berukuran kecil serta mengucapkan sandi
sesuai yang sudah ditetapkan. Bendera merah putih itulah yang menjadi ciri khas
di acara Lomba Debat ini.
Saat
berkompetisi di depan, para peserta menunjukkan kemampuannya semaksimal
mungkin. Ada yang menulis, menjawab pertanyaan, dan ada juga yang langsung
mengemukakan pendapatnya. Diantara mereka
terlihat beberapa peserta yang
pasif, namun ada juga yang terbawa emosi saat menjawab pertanyaan dari MC. “Tadinya tegang, namun seiring waktu
mengalir aku jadi santai,” ujar Imaddudin Priambudi, siswa SMP Negeri 9
Yogyakarta. “Tapi yang buat kesel
kelompok dua di kasih kesempatan debat, sewaktu kita tadi mau debat ditolak.
Padahal waktunya masih,” lanjutnya.
Argumen
yang dikemukakan peserta juga bermacam-macam. “Kenapa pemerintah sekarang lebih
mengurusi dirinya sendiri daripada masyarakat?” salah satu pertanyaan
dilontarkan MC. Suasana tegang
mencair ketika salah satu peserta memberikan argumentasinya, “Pemerintah lebih
mementingkan dirinya sendiri, kita seperti di PHP oleh pemerintah.” Kata-kata
PHP (Pemberi Harapan Palsu) itulah yang mampu membuat penonton sempat heboh.
Sepuluh
grup dengan nilai tertinggi kembali berkompetisi. Banyak peserta yang terlihat
kecewa saat mengetahui grupnya tidak masuk pada babak kedua. Sebagian besar
dari mereka memutuskan untuk pulang. Kemudian dibabak terakhir diambil lima
grup yang akan memperoleh juara.
Berdebat
itu seni, karena dapat mempertahankan argumen yang dimiliki. Selain itu seni
juga bisa berupa ekspresi wajah, cara berbicara, dan cara mengekspresikan
suasana hati. Seperti dalam Lomba Debat ini, berbagai macam ekspresi mereka
sebelum tampil tampak terlihat jelas. Ekspresi tegang, gelisah, santai, kesal,
kecewa, dan bahagia pun tampak mewarnai wajah mereka.
****
Foto-foto lainnya menjelang pengumuman dan setelah pengumuman...
Aku (belakang), Mina (kiri), Ifha (kanan)
Mina (kiri), Ifha (tengah), Aku (kanan)
Maskot: Burung Garuda
Jajaran piala sebelum dibagikan
Mina (kiri), Ifha (tengah), Fisa (kanan)
Mina (kiri), Ifha (tengah), Fisa (kanan)
Mina (kiri), Aku (tengah), Ifha (kanan)
Sepatu-Sendal :D
Foto bersama maskot garuda
Aku (kiri), Fisa (tengah), Ifha (kanan)
Aku (kiri), Mina (kanan)
Fisa (kiri), Ifha (kanan)
Melihat kerumunan
Setelah penyerahan hadiah..
Almamater biru : juara III
Foto di parkiran
Ifha (kiri), Dyan (tengah), Aku (kanan)
Foto di sebelah kolam renang KR
Aku (kiri), Dyan (tengah), Ifha (kanan)
Aku (kiri), Dyan (duduk), Ifha (kanan)
Makasih ya buat Dyan yang udah minjemin kamera buat mengabadikan momen ini :D
0 komentar:
Posting Komentar