Beladiri itu pentingkan? Yup aku sempet
ngicipin beberapa beladiri. Eh sebenernya Cuma dua sih. Yang pertama
ikut karate waktu SMP. Ceritanya ikutan ekskul gitu. Alhamdulillah
terakhir ujian naik sabuk biru terus aku keluar. Secara waktu itu aku
udah kelas tiga. Saatnya taubat sama kegiatan dan mulai serius
belajar buat UNAS. Kalau dipikir-pikir karate ini lebih banyak main
tangannya ketimbang kaki. Namun gerakan kaki tetap ada sebagai
penyeimbangnya.
Waktu masih SMP dulu aku punya
keinginan buat ikut Taekwondo kalau udah masuk SMA. Aku pengen
ngerasain bela diri yang lebih banyak main kakinya. Kebetulan suatu
ketika saat SMA, waktu naik motor aku melihat ada tulisan menerima
murid baru untuk Taekwondo di sebuah tempat dekat rumahku. Itu gedung
serbaguna milik Kampus AMA. Itu kampus buat yang mau jadi perawat
gitu. Aku catat saja nomor Cpnya dan malam harinya mencoba
menghubungi nomer itu. Darisana aku tahu jika latihannya 2 kali
seminggu setiap hari selasa dan kamis. Hari selasa latihan mulai dari
jam 4 sore dan hari kamis latihan mulai jam 7 malam kalau nggak
salah. Jadi, aku juga bisa nyesuain jadwal sekolahku. Kayaknya sih
kalau nggak salah inget per sesion dua jam latihan. Oiya, waktu itu
aku kelas 2 SMA.
Tiap bulan kita harus iuran Rp 25.000,
tapi untuk pendaftaran kita diharuskan membayar Rp 50.000. Waktu itu
aku juga sempat mengisi beberapa surat pernyataan. Dan kalian tahu?
Pelatihnya cewek lho, tapi aku lupa namanya siapa -_- Hadeh. Disana
hampir semua pesertanya anak kuliahan. Ya dari kampus AMA itu. Yang
cewek kayaknya sih semuanya malah kecuali aku. Namun ada beberapa
anak cowok yang masih sekolah, bahkan kayaknya masih SD atau SMP.
Alhamdulillahnya Mbak-Mbak disana baik-baik, meskipun keseringan mau
nggak mau aku duluan yang ngajak kenalan. Bahkan kita juga sempet
foto-foto bareng waktu istirahat latihan.
Kisah awal ikutan taekwondo ini agak
memalukan sebenarnya. Waktu itu sebenarnya aku sudah terlambat satu
jam karena ada acara. Padahal rencananya aku mau daftar hari itu dan
itu hari pertamaku. Berbekal uang Rp 50.000 dari Umi dan menggunakan
baju biru garis-garis serta celana karateku aku datang kesana. Waktu
itu yang lain tengah latihan. Aku tiba-tiba datang di depan pintu.
Merasa tidak diperhatikan aku diam saja dan menonton. Namun karena
aku kelamaan berdiri pelatihnya menghampiri aku dan bertanya ada apa.
Aku meyatakan maksudku untuk mendaftar. Namun aku disuruh mulai dan
mendaftar besok saja karena latihan sudah berjalan separuhnya. Aku
diizinkan menonton untuk mendapatkan gambaran atau pulang ke rumah.
Awalnya sih aku nonton, tapi lama-kelamaan berhubung aku sendirian
dan merasa malu, aku memutuskan pulang.
Besoknya aku datang lagi. Latihan pun
kujalani beberapa kali di sela-sela kegiatanku. Aku inget waktu
disuruh lari muterin aula dan nggak kecapekan kayak biasanya. Aku
inget waktu setelah latihan ada pendinginan yang di pimpin sama
senior sabuk biru. Kalau udah selesai kita semua juga disuruh hormat
gitu. Kebetulan yang sabuknya biru juga baru satu. Dulu waktu hari
pertama dia pernah bilang ke aku, “Besok dateng lagi ya..” Aku
langsung mikir tuh orang ramah banget, tapi besok-besoknya cuek
banget -_- Hal yang paling aku nanti-nanti nendang di tumpuan yang
bentuknya kayak raket pimpong. Aku nggak tahu namanya apa. Akhirnya
sempet kesampean. Tapi beberapa kali harus terima diketawain, entah
karena aku jatuh, nggak nyampe atau apalah, hadeeh. Aku juga inget
waktu liat pertandingan dilapangan. Tim Merah lawan Tim Biru.
Sayangnya aku belum dibolehin karena masih baru banget.
Sebenernya disekolahku juga ada eksul
taekwondo. Tapi ada beberapa alasan kenapa aku mencari latihan yang
diluar. Pengen nambah temen baru itu salah satu alesannya. Ada
alesan lain sebenernya yang sifatnya pribadi. Tapi nggak harus aku
sebutin disini kali ya?! Biar aku simpen sendiri aja :D Oya meskipun
ikut taekwondo di luar sekolah aku juga nggak bertahan lama disana.
Kegiatanku udah terlalu banyak sehingga ada beberapa yang harus
dikurangi. Udah dulu ya ceritanya. See you letter ..! :D
0 komentar:
Posting Komentar