Minggu, 25 Januari 2015 - 0 komentar

Rihlah Bareng Al-Fatih


         Selain mempunyai julukan sebagai kota pelajar, Jogja juga memiliki segudang tempat rekreasi yang terkenal oleh keindahan alamnya. Salah satu diantaranya adalah Kebun Buah Mangunan yang terletak di Desa Mangunan, Kecamatan Dlingo, Bantul, Yogyakarta. Namun, kebanyakan orang lebih tahu letak kebun buah ini ada di Jalan Imogiri yang masih merupakan daerah Bantul. 

         Sabtu, 17 Januari 2015 aku berkesempatan untuk mengunjungi kebun buah ini bersama teman-teman dari UKMF Al-Fatih. UKMF Al-Fatih ini adalah salah satu unit kegiatan mahasiswa di Fakultas Ekonomi kampusku yang berhubungan dengan kerohanian Islam. Acara jalan-jalan kali ini dinamakan ‘Rihlah Akbar’, sekaligus untuk merayakan milad Al-Fatih yang belum lama berlalu.

         Perjalanan ke sana dari kampus memakan waktu yang cukup lama. Selain itu, jalan yang dilalui kadang mempunyai tikungan yang tajam, tanjakan yang landai dengan kemiringan hampir seperti tangga, dan turunan yang curam. Untungnya jalanannya cukup sepi. Waktu itu aku berboncengan dengan kakak kelas menggunakan motor. Jangankan yang mengemudi di depan, aku yang dibelakang saja sebenarnya sudah ketakutan. Namun, kalau dipikir-pikir ini seru juga. 

         Jalanan yang berliku itu rasanya langsung terbayar lunas dengan suguhan pemandangan alam di sana. Perjalanan menuju gardu pandang menyuguhkan pemandangan yang bernuansa ‘hijau’. Di kiri kanan banyak tumbuh pepohonan. Yah, meskipun dari sekian banyak pohon aku hanya bisa mengenali pohon rambutan dan bunga mawar. Ada juga sebuah kolam yang cukup luas, tapi airnya berwarna cokelat. Mungkin karena jenis tanahnya yang tidak memungkinkan airnya berwarna bening.

         Sampai di gardu pandang, aku berfoto bersama teman-teman. Pemandangannya Subahaallah, tidak bisa hanya dilukiskan dengan kata-kata. Namun, ada sesuatu yang membuatku berpikir. Di bawah sana ada beberapa rumah dan satu jembatan. Aku bertanya-tanya bagaimana cara mereka mencapai daerah kota? Padahal kalau dilihat dari gardu pandang, rumah-rumah itu dikelilingi oleh bukit, gunung, dan jurang yang curam. Dimana-mana terlihat hijau. Kesannya seperti terisolasi. Di sisi lain, kalau dilihat lagi, beberapa rumah dekat sekali dengan pinggiran sungai. Hanya dipisah oleh jalan setapak yang relatif sempit. Jika hujan deras tiba, aku tidak bisa membayangkan apa yang terjadi.

         Ada hal lain yang aku temukan saat di gardu pandang. Di pagar pembatas ada tulisan ‘Dilarang Menerobos Pagar’. Saat aku memberitahu temanku, ada yang bilang, “Berarti kalau loncat boleh,” seketika semuanya membenarkan sambil tertawa. Setelah puas menikmati pemandangan di gardu pandang dan berfoto, rombongan kami makan siang di sebuah pendopo. Disaat yang bersamaan, ada sedikit wejangan dari senior. Selain itu, temanku juga ada yang iseng membuat makhluk dari balon yang kemudian dia beri nama ‘Owl’ karena bentuknya mirip burung hantu. Ada juga pembacaan nominasi mbak mentoring. Namun, dari tiga penghargaan, ada satu yang tidak ikut. Jadi, ada perwakilannya saat penyerahan hadiah.

         Pulang dari sana hujan turun dengan lebat. Untungnya hujan mulai turun saat rombongan kami sudah berada di bawah. Jadi, tidak perlu khawatir jalan licin di atas gunung yang mempunyai tikungan tajam, tanjakan yang landai, dan turunan yang curam. Alhamdulillah, meskipun begitu hari itu sungguh mengesankan. Ini dia foto-fotonya…

Luthfi (kiri), Mei (tengah), Aku (Kanan)

Luthfi (Kiri), Aku (Tengah), Deni (Kanan)

 Di dekat danau berair coklat

Mawar Putih

 Di gardu pandang



 Dari kiri: Sifa, Isna, Luthfi, Aku, Firiatik
 






Selfie dengan tongsis

I.N.I_P.A.G.A.R









Bunga di pinggir jalan

Pakai topeng dulu

Ini Owl :D

Ini Muka Owl :)

 Roti dari milad Al-Fatih

0 komentar:

Posting Komentar