Aku
mengikuti ekskul jurnalistik di sekolahku. Aku lumayan aktif di sana meskipun
aku baru mengenal dunia menulis saat masuk SMA. Kebetulan ekskulku ini mau
ngadain jalan-jalan gitu. Aku udah mikir awalnya pasti banyak adek kelasnya
yang ikut secara jumlah mereka yang aktif juga lebih banyak. Kalau kelas duakan
mesti udah pada sibuk ini itu jadi secara alami istilahnya bakal kena seleksi
alam. Untuk urusan tanggal di serahin sama adek kelas yang namanya Rahadyan
Widya Isnawan (Dyan). Jadwalnya dimajuin jadi tanggal 28 Juni 2013. Tujuannya
Gunung Purba Ngelanggeran, Gunung Kidul.
Awalnya
banyak banget yang mau ikutan. Alumni juga ada satu yang kesannya mau ikut tapi
ujung-ujungnya nggak jadi. Akhirnya yang ikut cuma enam orang. Tiga cewek sama
tiga cowok. Berasa kayak apa aja ya?! Mereka yang ikut yaitu Nur Shalihah
(Nurshol), Alifah Amalia (Ifha), Muhammad Rizky Darmawan (Rizky), Rizal
Pamungkas (Q-jut), Dyan dan aku. Disana Cuma aku dan Ifha yang kelas XI. Ada
sih satu temenku yang sebenernya pengin banget ikut. Hanya saja dia nggak bisa
karena Ayahnya nggak ngizinin kalau kesana naik motor. Emang awalnya ada
kendala di transportasi, tapi bisa jalan juga kok acaranya. Sedangkan yang lain
nggak bisa ikut juga punya alasan sendiri-sendiri. Ada yang anggota keluarganya
sakit, ada yang nggak tahu, dll.
Pagi-pagi
Ifha jemput aku di rumah. Rencananya kita mau transit dulu ke rumah Rizky
karena Ifha nggak berani naik motor sendiri ke Gunung Kidul. Aku sendiri juga
nggak berani, secara jalannya naik dan berkelak-kelok kayak gitu. Nah,
berhubung kita juga nggak ada yang tahu rumanhnya Rizky dimana kita nunggu Dyan
di SMA Negeri 5 Yk (Mache). Waktu udah nyampe mache aku sms Dyan, dan ternyata
dia baru mau berangkat. Jadi ya aku dan Ifha nunggu sambil ngobrol di depan
Warung Timur Sekolah a.k.a WTS. Sesekali kita juga lihat jalan. Siapa tahu ada
helm merah dan jaket hitam yang merupakan ciri khas Dyan muncul.
Sampai
di rumah Rizky kita langsung berangkat. Q-jut dan Nurshol sudah sampai terlebih
dahulu. Malah katanya Nurshol kepagian datengnya. Dia ngampirin Q-jut dulu biar
ada barengan. Berhubung Q-jut lagi mandi dia muter-muter nyari makanan. Tapi
ujung-ujungnya malah ditinggal gitu. Jadinya ada tiga motor yang dipakai.
Berhubung ada cowok, mereka yang nyetir. Nurshol bareng Q-jut, Ifha bareng
Rizky, dan aku bareng Dyan. Jalannya beneran serem, mana banyak bus plus truk
gede pula. Tapi nggak terlalu makan waktu juga kok. Kita agak ngejar waktu juga
soalnya. Secara itu hari jumat. Kalau bisa sebelum jumatan udah balik biar yang
cowok bisa pada shalat jumat.
Sampai
disana kita langsung ke tempat pendakian. Dyan yang terlihat paling semangat
memimpin di depan, sedangkan Q-jut aku minta paling belakang untuk jaga-jaga
kalau terjadi sesuatu sama yang cewek. Awalnya jalan yang dilewati mulus,
sampai akhirnya kita tiba di sebuah batu dengan tali. Untuk keatas kita harus
menggunakan tali itu. Dengan sedikit ngeri, kukumpulkan keberanian untuk melewati
batu besar itu. Kita naik lagi melewati jalan setapak dan melalui bebatuan
sempit. Sesekali Dyan berlari dan berteriak, “Ayo Julink, mana suaranya?!”
Untuk menghemat suara, beberapa dari kami memutuskan diam atau mereson
seadanya.
Kita
sampai di sebuah tempat yang luas. Disana ada batu sangat besar dan gardu
pandang. Kata Ifha yang pernah kesana, perjalanan ini belum seberapa untuk
mencapai puncak. Kita istirahat sambil makan makanan ringan, berfoto, dan
tentunya menikmati pemandangan. Pemandangannya indah banget..!! Subhanallah,
Maha Suci Allah.
Kita
melanjutkan perjalanan lagi. Kita melewati tangga-tangga, jalanan setapak,
hutan. Sempat kulihat banyak semut rang-rang yang berbaris rapi di pegangan
tangga yang terbuat dari ranting. Saat hampir sampai ke puncak, kita bertemu
dengan beberapa orang yang hendak turun dan melewati bumi perkemahan. Ternyata
di sana ada beberapa orang yang sudah mendirikan tenda. Perjalanan puncak belum
usai. Kita harus menaiki batu besar lagi dengan tangga yang terbuat dari ranting. Karena takut
kerepotan turunnya, aku dan Ifha memutuskan untuk menunggu di bawah sambil
mengobrol. Sayangnya makanan di bawa oleh Adik kelas. Sempat ku lihat Dyan
memungut ular hijau dan berfoto-foto dengan itu. Setelah puas, dia bebaskan
ular itu sembarangan. Haduh.
Setelah
dari puncak, kita turun. Perjalanan turun lebih rumit. Kita harus melewati
jalanan yang licin. Sepertinya hujan memang tadi sempat mampir di tempat itu.
Aku sempat terpeleset dan di tertawakan. Namun, kita saling membantu di medan
itu. Sampai dibawah setelah istirahat sebentar dan cuci kaki di kamar mandi
dekat situ, kami semua kembali ke rumah Rizky.
Aku,
Ifha, dan Nurshol duduk di teras rumah Rizky. Q-jut memutuskan pulang,
sedangkan Rizky dan Dyan langsung ke masjid untuk shalat jum’at. Kita bertiga
ngobrol soal apa saja. Tadinya mau di selingi ngemil, tapi berhubung makanan
kecil kebawa Q-jut pulang dan nggak ada makanan, kita cuma ngobrol. Tak selang
lama Rizky dan Dyan kembali. Q-jut juga datang karena disms Nurshol disuruh
balik mengantarkan makanan. Namun, disaat yang sama Rizky juga mengeluarkan
banyak makanan. Kita semua di suguhin makanan ringan, mangga, jagung rebus, teh
anget, dan es cincau oleh Rizky.
Setelah
ngobrol ngalur-ngidul, aku, Ifha, dan Nurshol pamit pulang. Hari sudah beranjak
siang sementara aku belum shalat. Sebelum pulang, aku dan Ifha mampir ke warung
bakso yang di rekomendasikan olah Nurshol dan Rizky. Kita sengaja mampir dulu
karena Ifha belum makan sejak pagi. Aku memilih bakso Jumbo. Dalam satu mangkok
cuma ada satu bakso, tapi besar banget. Ukurannya sebola kasti. Rasanya sih lumayan
menurutku. Setelah darisana, Ifha mengantarku pulang ke rumah. Rasanya lelah. Namun,
rasa lelah itu tergantikan oleh pengalaman yang tak terlupakan..!! It’s so fun
:D
Pemandangan dari batu besar
Aku Narsis
Q-jut
Ifha (depan), Nurshol (belakang)
Pemandangan
Aku Narsis
Rizky
Aku di lorong batu
Ifha di lorong batu
Aku (kiri), Ifha (kanan)
Aku (kiri), Ifha (kanan)
Aku (kiri), Nurshol (kanan)
Ifha (kiri), Nurshol (kanan)
Aku (kiri), Ifha (kanan)
Pemandangan saat perjalanan naik motor
0 komentar:
Posting Komentar